Seorang warga negara Amerika telah dituduh membantu merencanakan serangan teroris ke Mumbai India pada tahun 2008 yang menewaskan 163 orang, demikian keterangan dari Departemen Kehakiman Amerika.
Tersangka ini bernama David C. Headley dari Chicago. Dia dituduh terlibat dengan kelompok teroris yang bernama Lashkar-e-Taiba. Kelompok teroris ini yang bertanggung jawab atas serangan terhadap hotel mewah, restoran terkenal, pusat komunitas Yahudi dan stasiun kereta yang penuh dengan orang di Mumbai, India.
David C. Headley adalah warga negara Amerika namun memilik jaringan ke pemerintahan dan militer Pakistan. David Headley adalah putra dari mantan diplomat Pakistan dan tokoh masyarakat Philadelphia. Ia lahir di Washington dan di besarkan di kalangan elit Pakistan dimana dia juga sekolah di sekolah militer Pakistan yang ketat. Orangtuanya bercerai ketika ia masih sangat muda, dan tinggal dengan ibunya yang berjiwa bebas yang bertentangan dengan disiplin pendidikan Pakistan.
Catatan kehidupannya pun cukup berliku. Pada tahun 1998 ia pernah tertangkap karena penyeludupan heroin ke Amerika Serikat. Namun karena bekerja sama dengan pihak berwenang, dia bisa terhindar dari hukuman penjara yang cukup lama. Kemudian setelah itu ia kembali ke Pakistan untuk sebuah operasi rahasia bersama Agen Pemberantasan Obat bius.
Pada Februari 2002 hingga Desember 2003 David pernah mengikuti pelatihan dari Lashkar-e-Taiba yang ditujukan untuk mengakhiri kekuasaan India di Khasmir. Setelah itu dari tahun 2006-2008 ia melakukan lima kali perjalanan ke Mumbai. Dia mengambil foto dan video berbagai sasaran yang akan dituju kelompok itu, termasuk Hotel Taj Mahal, Leopold Café, Nariman House dan stasiun kereta api Mumbai. Pada April 2008, David juga pergi ke pelabuhan Mumbai untuk mencari lokasi pendaratan yang aman bagi kapal Lashkar-e-Taiba.
David C. Headley dilahirkan dengan nama Daood Gilani. Hingga pada tahun 2005, dia mengganti namanya menjadi David agar lebih menggambarkan dirinya sebagai seorang Amerika dan mempermudah perjalanannya ke luar negeri.
Sumber : NY Times